Senin, 29 November 2010

cerpen "Pesan Dari Mama" karya deby

PESAN DARI MAMA
“Asallamu'alaikum, ucapan itu dilontarkan oleh Dina. Kata-kata itu selalu diucapkan sepulang sekolah, setibanya ia di rumah. “Wa'alaikum sallam, jawab sesosok wanita paruh baya yang terdengar dari dapur.
Din, jangan lupa nanti habis tukar baju sholat dzuhur dulu!
Iya, ma! Seusai Dina sholat, ia menghampiri mama Nia yang sedang berada di ruang tengah. “Hari ini masak apa, ma?”
Hmm... Coba deh kamu lihat sendiri di dapur. Wah..Wah... Mama memang baik, mama masakin udang kesukaan Dina. Dari aromanya saja udah kebayang rasanya pasti lezat, Dina berlari menuju mama Nia yang tengah berada di ruang tengah. Makasih ya ma! Ucap Dina seraya mencium tangan mama Nia. Iya sayang sama-sama, ucap mama Nia sambil menepuk pundak Dina.
Tetes-tetes air mata perlahan jatuh membasahi pipi gadis berusia 16 tahun tersebut. Berat rasanya hati Dina untuk mengingat masa lalu bersama mama Nia. Tak berapa lama kemudian, Vina gadis berkacamata, berambut panjang, serta berkulit putih itu datang menghampiri Dina yang tengah duduk di bangku dekat sungai.
Loe kenapa, Din? Seru Vina sahabat baik Dina yang sudah 2 tahun ini bersamanya. Dina tetap menunduk terdiam sambil meneteskan air mata, mukanya pun memerah. Din, please deh.. Jangan diam gitu, gue kan jadi gak tau apa permasalahan yang sedang loe hadapin? Dina mulai mengangkat mukanya namun tetap terdiam, sejenak diam mengusap mata. Lalu memeluk Vina sahabat yang tengah menemaninya.
Sambil menangis terisak-isak Dina berbisik kepada Vina. “Vin, can you help me? About what, Din? My problems is very secret, please don't tell many people about this! Ok? Ucap Dina pelan, sambil memegang tangan Vina dengan erat.
It's ok.. Loe bisa percayain this secret pada gue. Gini Vin, cerita Dina panjang lebar kepada Vina sahabatnya.
Oh, my friends!
Look me? Kata Vina, sambil mengangkat dagu Dina.
Din, semua orang tua pasti ada alasan yang jelas mengapa mereka memilih “Bercerai”.
“Ya, tapi mengapa dia pergi ninggalin gue dengan alasan yang gak gue mengerti?
Asalkan dia tau gue sekarang bukan anak kecil lagi, seperti dulu yang mudah banget dia bilang kalau: “Mama mau pergi sebentar yah, sayang!”
Tapi apa? Kenyataannya sekarang berubah, sampai sekarang dia belum kembali! Karena keadaan Dina yang gak labil, ia menghempas foto mama Nia dari pangkuannya.
Din, gue tau persis gimana perasaan loe sekarang. But loe harus kuat and yakin bahwa loe mampu jalani hidup ini.
Vin, thank's a lot yea buat hari ini? Ucap Dina sambil mengusap air matanya.
Hmm.. It's ok, Din! Loe boleh kapan aja kok, curhat ke gue. Kata Vina sambil tersenyum buat sahabat terbaiknya itu.
Keadaan hidup Dina dapat berubah seiring berjalannya waktu. Hari-hari Dina lalui bersama Sahabatnya Vina yang baik hati. Vina senang bersahabat serta berbagi pengalaman hidup kepada Dina.
Namun terkadang Dina sempat mengingat masa-masa, dimana ia sering menghabiskan waktu luang bersama mama Nia. Terkadang juga Dina sering tampak pucat, tubuhnya melemah.
Sekali-kali Vina memergoki Dina yang sedang duduk di taman, tepat di belakang rumahnya. Ia tampak pucat, lemas, tidak mau makan, malas ngomong, dan sering termenung sendiri. Vina seakan merasakan perasaan yang di rasakan Dina saat ini.
Din, mungkin semua ini adalah cobaan bagi loe. Barangkali aja ada hikmah dibalik ini semua, tutur Vina sambil memeluk tubuh Dina yang dingin. Kita masuk yuk? Hari sudah mulai gelap, tambah Vina. Yang pada waktu itu menemani Dina di taman belakang rumah.
Tak terasa Vina dan Dina telah 3 tahun menjalani persahabatan, yang menyimpan kenangan yang manis bila dingat-ingat. Setiap sore Vina berkunjung ke rumah Dina, dengan membawakan puding mangga kesukaan Dina. Sepulangnya Vina dari rumah Dina, ia mendapat kabar tentang mama Nia.
Vina terkejut mendengar berita tersebut, ia langsung bergegas mengambil jacket serta kunci mobilnya. Oh, god! Gue khawatir banget dengan keadaan Dina saat ini. Sementara itu Dina tiba-tiba nge-drop. Ia duduk di balcon atas kamarnya dengan kondisi tubuh membeku.
Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mungil gadis tersebut. Seakan membisu, wajahnya pucat pasih. Jam dinding berbunyi menandakan hari tepat jam 12 malam, tidak ada tanda-tanda akan kedatangan Vina.
Sedangkan Dina masih tetap terdiam tanpa kata, jarum jam terus berputar yang sekarang menunjukkan pukul 03.00 malam. Suasana makin memburuk, akan datangnya hujan deras dengan petir yang menyambar. Tetap saja gadis yang baru berusia 16 tahun tersebut tak menghiraukannya, meski air hujan telah membasahi bajunya.
Tepat pukul 03.20, Vina memarkirkan honda jazz birunya di depan rumah Dina. Tanpa berfikir panjang Vina berlari menuju kamar Dina, yang pada saat itu Dina tinggal sendirian dikarenakan bokapnya Dina sedang kerja di luar kota.
Vina terkejut ketika memasuki kamar Dina yang keadaannya sudah tak sadarkan diri di lantai balcon kamar sahabatnya itu.
“Ya, Tuhan!! Vina sangat shock, sambil memegang pipi Dina yang pucat.
“Din,,Din..Dina?? Sumpah gue gak ingin loe kenapa-napa!!
Disaat Dina sedang di atasi dokter di ruang ICU, Vina terus jalan mondar-mandir. Ia sangat khawatir akan keadaan sahabat yang ia sayangi selama 3 tahun ini, ia takut akan kehilangan sahabat terbaiknya itu.
“Dok, gimana keadaan sahabat saya?” tutur Vina sembari mendekati dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU dimana tempat Dina di periksa. Maaf, kami sudah berusaha sebaik mungkin akan kesembuhan sahabat anda. Sayangnya sahabat anda sudah tak bisa bertahan lama dengan kondisinya yang sekarang ini.
Kalau saya boleh tau dok, memangnya bagaimana kondisi sahabat saya sekarang ini? Ucap Vina.
Memangnya anda tidak mengetahui bahwa sahabat anda tersebut, telah lama menderita penyakit tumor otak?
Apa dok? Sahabat saya sudah lama menderita penyakit tumor otak?
Iya, benar. Seharusnya penyakit ini bisa di sembuhkan, namun tetapi saya rasa sahabat anda tidak pernah memeriksakan diri ke dokter selama 5 tahun ini. Hati Vina sangat terpukul ketika mendengar ucapan dokter yang menangani Dina.
Selang waktu 5 menit setelah pembicaraan antara Vina dan dokter yang menangani Dina, terdengar suara Dina yang memanggil Vina dari dalam ruang ICU.
“Vin..Vin.. Vina...?? Vina langsung memasuki ruang ICU tempat dimana Dina dirawat.
“ Yes, my friends? What happend? Bisik Vina pelan.
Vin, Maafin gue selama ini yah? Pasti Din, gue pasti maafin loe. Vin, gue sayang banget sama loe gue udah nganggap loe sebangai saudara kandung gue sendiri, bahkan gue gak ingin berpisah atau kehilangan loe! Ucap Dina dengan meneteskan air mata.
Ssstt... Please Din, gue mohon banget sama loe agar loe istirahat aja dulu. Lagi pula saat ini kondisi loe masih melemah! Iya, thanks udah ngingatin gue Vin. Tapi loe harus janji yah, sama gue kalau ntar gue udah istirahat, ada suatu hal yang ingin gue bicarakan ke loe! Semua ini udah gak bisa di tunda-tunda lagi, karena waktu gue gak bakalan lama lagi!!
Oh, my god Din! Loe gak boleh ngomong keg gitu, loe harus kuat dan yakin kalau loe bisa BERTAHAN!! Kata-kata yang terlontar dari mulut Vina, sontak membuat keadaan ruang ICU menegang. Udah loe gak usah mikirin yang macem-macem dulu, mending loe perbanyak istirahat aja dulu, ok? Iya deh, tapi loe kudu janji ama gue, kalau ntar gue udah selesai istirahat loe harus dengerin cerita gue!
Detik-detik jarum jam terus berputar, Vina tengah asik tidur terlelap di kursi tepat disamping tempat Dina berbaring.
“Vin..Vin..Vina?? Desah suara Dina membangunkan Vina yang sedang tidur terlelap. Sambil mengucek mata, Vina langsung terkejut melihat Dina sudah bangun. “Iya Din, ada apa? Loe mau makan, minum, ke kamar mandi atau apa?
Sambil tertawa pelan,”Apaan sih loe? Segitunya banget? Ucap Dina.
Terus loe mau ngapain? Kan gue udah janji mau ceritain sesuatu ke loe. Apaan tuh?
Semalam, sebelum gue jatuh pingsan. Tepat pukul 22.00 ada yang mengantarkan sebuah kotak berwarna biru berpitakan ungu di depan pintu rumah gue.
Di atas kotak itu ada sebuah tulisan, yang bertuliskan “ Hidup ini indah, kita takkan mampu jalani hidup sendiri tanpa orang lain. Hidup ini adalah misteri yang setiap harinya akan terpecahkan dengan kita menjalani hidup ini dengan tulus, terimalah salam serta sayang ku untukmu.
Setelah gue baca tulisan itu, gue berlalu menuju balcon yang ada di kamar gue. Gue membuka kotak itu sembari duduk di dkat balcon, suasana seakan berubah langit mulai gelap. Perlahan gue buka, tersimpan raut wajah serta senyum indah yang tulus menghadap kearah gue. Perlahan tapi pasti air mata ini jatuh.
Yah, gue tau siapa manusia yang tengah tersenyum sangat indah itu. Dialah orang yang telah melahirkan gue, dialah yang telah memberikan gue semangat hidup, dialah yang membuat keceriaan tumbuh di hidup gue, dan dia jugalah orang yang selama ini gue cari!!
Kemudian sepucuk surat gue buka yang berisikan “Sayang jangan biarkan hidupmu sia-sia hanya untuk mencari hal yang gak pasti! Percayalah bahwa mama akan selalu ada di dalam hatimu, meski tak berada di sampingmu. Sayang mama minta maaf selama ini sudah membuat kamu terlalu terlarut dalam kesedihan.
“Yakinlah sayang, bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara. Dan pastilah semuakan kembali kepada-NYA, kita akan berjumpa kembali! Mama harap kamu jangan lagi memikirkan mama, karena mama sudah BAHAGIA disini.
Vin.. Gue rasa tubuh gue udah ga' bisa di gerakin lagi. Semua terasa dingin gue sangat gak sanggup malam itu. Ntar kalau gue udah tidur, tolong beresin kamar gue yah? Bisik Dina dengan raut wajah yang semakin pucat. Vin, izinkan gue untuk memeluk loe. Tanpa berkomentar Vina langsung menangkap pelukan Dina.
10 menit berlalu, Vina merasakan tubuh Dina tak bergerak dan badanya terasa dingin. Vina tak menyangka Dina meninggalkan nya secepat ini. Sepulang dari pemakaman Dina, Vina bergegas mengendarai honda jazznya ke rumah Dina.
Vina melihat kondisi kamar Dina yang sudah tak berpenghuni itu, berantakan dan tercium aroma melati di sekitar kamarnya. Dengan tidak sengaja Vina terinjak sepucuk surat yang tergeletak di lantai serta ada bercak darah.
“Thanks a lot for my mom, yang udah mau membesarkan Dina. Dina gak akan pernah ngelupain semua ketulusan mama, mama benar bahwa hidup ini indah bila kita jalani dengan orang-orang yang kita sayangi. Makasih juga buat papa yang udah mau ngebiayain semua keperluan Dina, selama ini.
Dan gak lupa juga buat my best friends Vina, makasih ya loe udah buat hari-hari gue penuh warna. Buat semua maaf ya, kalau selama ini Dina ada salah. Maaf juga kalau Dina gak sempat ngebalas semua kebaikan kalian, I'am so sorry all.
I love all my family..
Thanks for all..
Vina menangis setelah membaca kalimat terakhir pen utup dari surat itu. Saat Vina ingin membersihkan kasur Dina, ia mendapati selendang sutera bewarna ungu ke emasan di atas kasur.
“ For My Best Friends”
I Hope You Can Save It.. ..
Yes my friends, i can save it. I am promise, ucap Vina pelan sambil tersenyum lebar melihat kearah bingkai foto yang terletak di atas meja rias.
Ternyata pesan dari mama Nia terdapat di bingkai yang ada foto Dina, mama Nia, dan ada foto Vina juga.
Yang bertuliskan:
“ TETAPLAH TERSENYUM BUAT ORANG-ORANG YANG KITA SAYANGI”
“DAN JANGANLAH BOSAN UNTUK MEMBUAT ORANG-ORANG YANG KITA SAYANGI BAHAGIA”

1 komentar: